Sabtu, 31 Oktober 2020

Family First !

 

unsplash.com


Pernah gak kita di hadapkan dengan sebuah situasi pilihan antara liburan dengan teman-teman atau ngurus anak atau orang tua ? mana yang di pilih ? misalkan kita udah buat rencana dengan teman-teman akan pergi mancing bareng ke laut, kapal udah di booking, peralatan mancing udah siap, uang sudah kita bayar, mungkin habis kira-kira 5 jutaan. Nah, pas di hari H nya ternyata anak kita sangat butuh dengan bantuan kita, ia gak bisa minta bantuan selain dari kita yang sebagai bapaknya. Di situasi yang sama kita udah janjian harus pergi bareng teman kita, soalnya kapalnya harus berangkat sejam lagi sedangkan kalau kita bantui anak kita maka waktu untuk ke kapal gak akan sempat. Terus kemana pilihan kita ? apakah pilih liburan bareng teman atau harus rela kehilangan waktu dan uang liburan kita untuk membantu anak kita ?

Maka pilihlah membantu anak kita. Kenapa ? karena anak itu investasi utama kita ketimbang liburan bareng teman kita. Anak kitalah yang setia sama kita ketimbang teman kita, yang mana teman itu silih berganti, teman itu banyak yang bermuka dua. Sedangkan jika anak kita merasa ia memiliki seorang ayah maka selain mental anak kita akan baik, ia juga akan rela berbakti dengan kita ketika kita tua, kalau anak kita merasa memiliki seorang bapak yang bisa ia andalkan, maka ia akan merasa bahagia, ketika anak merasa bahagia maka ia akan menjadi anak bermental pemenang. Dan ingat ketika kita sakit kelak atau kita telah menginggal dunia maka keluarga kitalah yang akan selalu mendoakan kita kebaikan, sedangkan teman kita ? mungkin hanya mendoakan disaat kita beri saja. Kebahagian itu hanya bisa di raih dengan pengorbanan. Maka korbankan uang kita dan waktu kita untuk hal yang lebih utama dan lebih bernilai.

Kalaulah kita pilih liburan dengan teman kita, maka apa yang terjadi ? anak kita akan kehilangan sosok seorang yang mensupport ia. Akan merasa minder dengan teman-temannya, karena gak memiliki bapak yang bisa ia andalkan. Saat anak beranjak dewasa, ia akan selalu ingat bahwasanya bapaknya lebih memilih teman-temannya ketimbang dirinya. Anak akan pergi ke lingkungan yang mau mendengarkannya, bahkan bisa sampai terjerumus kedalam pergaulan bebas. Berhati-hatilah bila anak sudah masuk kedalam lubang hitam, maka ia akan menjadi pecandu. Anak pun sulit untuk berbakti dengan orang tuanya ( kecuali yang di beri hidayah dan di rahmati oleh Allah tapi tidak banyak ). Ketika kita sakit, anak malas untuk merawat kita, ia bahkan memilih liburan bareng temannya ketimbang kita ( Semoga kita di lindungi dari hal ini ). Atau anak berdoa " Ya Allah berikan kesabaran kepadaku dalam menghadapi bapak ku yang zholim terhadapku ".

"apa yang kau tanam itu yang kau tuai"

Jika kau ingin anakmu menjadi seorang pemimpin maka kau harus bersiap untuk berkorban untuknya dalam menjaga serta mendidik. Jangan cuma bisanya nyuruh-nyuruh dan ngomel doang, ajarkan ! perlihatkan pada anak kita bagaimana menjadi seorang pemimpin itu. Jangan sampai di saat umur kita sudah tua, anak kita menjadi seorang yang tidak kita harapkan.

Maka ingatlah untuk mendahulukan keluarga ( termasuk orang tua sendiri namun bukan mertua atau orang tua angkat ) dahulu ketimbang orang lain, bahkan dengan saudara kita sendiri jika itu disandingkan dengan anak dan istri. Jika kita memiliki harta maka pikirkan keluarga kita dahulu, jika kita punya kebaikan maka berikanlah kepada keluarga kita dahulu, jika kita punya tenaga maka habiskan untuk keluarga kita dahulu, jika kita memiliki senyuman maka berikanlah kepada keluarga kita dahulu.

Jika kita telah menyelesaikan segala yang menjadi kewajiban kita ( menafkahi keluarga sesuai kebutuhan sandang, pangan, papan ) dan kita masih menyisakan beberapa lagi, maka yang paling utama kita beri, ada tahapannya:

1. Ibu ( jika masih ada sisa tenaga atau harta atau sudah tidak ada ibu lagi, maka lanjut ke nomor berikutnya & begitu seterusnya. )

2. Ayah

3. Istri

4. Anak

5. Saudara kandung

6. Kerabat ( Om dan tante )

7. Orang terdekat kita ( seperti mertua )

8. Orang terdekat lagi ( sahabat )

9. Dan seterusnya ( yang di utamakan ialah yang paling sholeh )..

 Maka ingatlah, Family First ( tentu saja setelah Allah dan Rasul Nya ). Gak akan rugi jika kita memberikan kepada keluarga kita dahulu. Jangan berkeinginan dibilang baik oleh orang lain namun di kenal buruk oleh keluarga sendiri.

Maka ingatlah perkataaan dari manusia terbaik :

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku”

 [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].

Dengan kata lain kalau kita buruk terhadap keluarga sendiri maka kita adalah seburuk-buruknya manusia.


Sumber referensi hadits :

https://almanhaj.or.id/3721-rumah-membongkar-rahasia-lelaki.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar